Biografi Hi. Agus Salim
Nama kecil
|
: Mashudul Haq
|
Nama Populer
|
: Hi. Agus Salim
|
Tanggal lahir
|
: 8 Oktober 1884
|
Tempat lahir
|
: Koto Gadang Agam, Sumatera Barat
|
Istri
|
: Zaenatun Nahar
|
Orang Tua
|
: Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab
|
Meninggal
|
: Jakarta 4 November 1954
|
Makam
|
: Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta
|
Penghargaan
|
: Pehlawan Kemerdekaan Indonesia
|
Pendidikan
|
: Europeesche Lagere School (ELS)
Hoogere Burgerschool (HBS)
|
Aktivitas Perjuangan dan karir
|
- Penerjemah dan pembantu notaris kongsi pertambangan di Indragiri
- Tahun 1906, bekerja di Konsulat Belanda Jeddah, Arab Saudi
- Jurnalis Harian Neratja, Hindia Baroe, Fadjar Asia,Moestika
- Ketua Dewan Kehormatan PWI (1952)
- Ketua Sarekat Islam menggantikan HOS Cokroaminoto (1915)
- anggota Volksraad (1921-1924)
- anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
- Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947
- pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
- Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949
- Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947
|
Karya tulis
|
- Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia
- Dari Hal Ilmu Quran
- Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal
- Muhammad voor en na de Hijrah
- Gods Laatste Boodschap
- Jejak Langkah Haji Agus Salim
- Karya Terjemahan Menjinakkan Perempuan Garang (dari The Taming of the Shrew karya Shakespeare)
- Karya terjemahan Sejarah Dunia (karya E. Molt)
- Karya terjemahan Cerita Mowgli Anak Didikan Rimba (dari The Jungle Book karya Rudyard Kipling)
|
Kiprah perjuangan
Hi Agus Salim terjun ke dunia
jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II.
Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi hingga akhirnya menjadi
Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian ia mendirikan
Suratkabar Fadjar Asia, menjadi Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta
dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO).
Tahun 1915, beliau bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi
pemimpin kedua di SI setelah
H.O.S. Tjokroaminoto.
Di antara tahun 1946-1950
namanya sangat populer dalam kancah perpolitikan di Indonesia, sehingga
kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah
menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun
1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar
Negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar